Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Cara Smartfren Membangun Hubungan Dengan Pengguna di Semarang



Saya jadi ingat tentang kehadiran rumah Albi yang digunakan masyarakat, baik komunitas maupun organisasi sampai kumpulan-kumpulan  sederhana. Cara ini mirip-mirip yang dilakukan perusahaan telekomunikasi yang berhasrat membangun kedekatan dengan membangun komunitas.

Sebelumnya, ada beberapa perusahaan ponsel yang melakukan cara pendekatan seperti ini. Saya akan bicarakan cara ini yang berhubungan dengan saya saja. Tentu banyak, tapi yang saya alami tidak begitu banyak.

Ada Asus sebagai titik awal bagaimana brand sangat peka membangun kedekatan dengan pengguna, apalagi blogger. Sayang, saya belum bisa bicara banyak untuk Semarang mengingat mereka belum berkunjung ke kota ini untuk mengajak kopi darat.

Kemudian ada Oppo yang sudah beberapa kali mengajak blogger dan pengguna setia mereka di Semarang duduk bersama. Berbagi tentang seluk beluk komunitas Oppo itu sendiri, mengenalkan produk baru mereka dan mengajak kopi darat tentunya. Oppo sangat aktif untuk membangun kedekatan ini, termasuk kota-kota lain selain Semarang.

Terbaru, tentu Smartfren yang baru melaunching komunitas mereka di Semarang. Saya turut hadir meski awalnya gagal ikutan karena kuota sudah penuh. Untunglah, sedikit lobi dan berhasil.


Cara Smartfren

Untuk lebih dibilang resmi, mereka mengadakan gathering di salah satu cafe yang ada di Semarang. Meski mereka telat datang karena harus roadshow ke kampus-kampus, hadirnya mereka di Semarang tentu cara ini lebih efektif meski saya tidak suka dengan tarif terbaru mereka yang meniadakan unlimited 75K.

Cara membangun ini memang sama seperti kedua brand sebelumnya yang saya sebut diatas. Mengelola komunitas tentu lebih mudah untuk periode selanjutnya semisal saat mereka melaunching produk baru, paket atau sekedar menyambung tali silaturahmi.

Komunitas bisa menjadi garda terdepan untuk melakukan branding, memotong berita negatif dan tentu untuk promosi. Semakin besar kehadiran anggota dalam komunitas, semakin besar pula membangun ekosistem terutama disebuah kota.

Memang akan terkesan ekslusif dan pengguna yang tidak memiliki ponsel merek tersebut akan minder untuk ikutan, tapi kesan komunitas yang selalu welcome harus diingat bila ada non member yang ingin mencoba masuk. Saya sarankan ikut aja, dan tidak perlu takut karena berbeda.


...

Selamat datang bulan Mei 2016. Semoga kiprah brand-brand yang hadir di Semarang bukan sekedar sebagai kepentingan bisnis belaka. 

Apalagi kesan mendapatkan produk terbaru menjadi sisi kehadiran blogger yang kadang saya melihatnya kurang baik. Takutnya setelah datang dan pulang harapan tersebut melayang. Sedih jadinya.

Mari melihat ini dengan sisi positif.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Deserving of the Name, Drama Korea Tentang Dokter Modern dan Dokter Oriental (Akupuntur)