Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Cara Smartfren Membangun Hubungan Dengan Pengguna di Semarang



Saya jadi ingat tentang kehadiran rumah Albi yang digunakan masyarakat, baik komunitas maupun organisasi sampai kumpulan-kumpulan  sederhana. Cara ini mirip-mirip yang dilakukan perusahaan telekomunikasi yang berhasrat membangun kedekatan dengan membangun komunitas.

Sebelumnya, ada beberapa perusahaan ponsel yang melakukan cara pendekatan seperti ini. Saya akan bicarakan cara ini yang berhubungan dengan saya saja. Tentu banyak, tapi yang saya alami tidak begitu banyak.

Ada Asus sebagai titik awal bagaimana brand sangat peka membangun kedekatan dengan pengguna, apalagi blogger. Sayang, saya belum bisa bicara banyak untuk Semarang mengingat mereka belum berkunjung ke kota ini untuk mengajak kopi darat.

Kemudian ada Oppo yang sudah beberapa kali mengajak blogger dan pengguna setia mereka di Semarang duduk bersama. Berbagi tentang seluk beluk komunitas Oppo itu sendiri, mengenalkan produk baru mereka dan mengajak kopi darat tentunya. Oppo sangat aktif untuk membangun kedekatan ini, termasuk kota-kota lain selain Semarang.

Terbaru, tentu Smartfren yang baru melaunching komunitas mereka di Semarang. Saya turut hadir meski awalnya gagal ikutan karena kuota sudah penuh. Untunglah, sedikit lobi dan berhasil.


Cara Smartfren

Untuk lebih dibilang resmi, mereka mengadakan gathering di salah satu cafe yang ada di Semarang. Meski mereka telat datang karena harus roadshow ke kampus-kampus, hadirnya mereka di Semarang tentu cara ini lebih efektif meski saya tidak suka dengan tarif terbaru mereka yang meniadakan unlimited 75K.

Cara membangun ini memang sama seperti kedua brand sebelumnya yang saya sebut diatas. Mengelola komunitas tentu lebih mudah untuk periode selanjutnya semisal saat mereka melaunching produk baru, paket atau sekedar menyambung tali silaturahmi.

Komunitas bisa menjadi garda terdepan untuk melakukan branding, memotong berita negatif dan tentu untuk promosi. Semakin besar kehadiran anggota dalam komunitas, semakin besar pula membangun ekosistem terutama disebuah kota.

Memang akan terkesan ekslusif dan pengguna yang tidak memiliki ponsel merek tersebut akan minder untuk ikutan, tapi kesan komunitas yang selalu welcome harus diingat bila ada non member yang ingin mencoba masuk. Saya sarankan ikut aja, dan tidak perlu takut karena berbeda.


...

Selamat datang bulan Mei 2016. Semoga kiprah brand-brand yang hadir di Semarang bukan sekedar sebagai kepentingan bisnis belaka. 

Apalagi kesan mendapatkan produk terbaru menjadi sisi kehadiran blogger yang kadang saya melihatnya kurang baik. Takutnya setelah datang dan pulang harapan tersebut melayang. Sedih jadinya.

Mari melihat ini dengan sisi positif.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh