Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Melihat Keseruan Pemutaran Perdana Ada Apa Dengan Cinta 2 di Semarang


Pekan terakhir bulan April 2016, bioskop Semarang kedatangan film yang paling dinanti selama 14 tahun. Karena alasan tersebut, pemandangan antrian dan tiket ludes hanya dalam kurun waktu 3 jam, itu membuat saya begitu senang. Wow, saya suka momen ini.


Tanggal 28 April, film Ada Apa Dengan Cinta jilid 2 rilis perdana serentak diseluruh bioskop tanah air dan beberapa negara tetangga.

Jujur, saya sebenarnya ingin nonton juga. Tapi karena melihat antusias yang begitu wow, saya memutuskan seperti biasa, nonton pas sudah agak sepi aja. Film beginian, prediksi ramai, nggak perlu ulasan review sepertinya. Karena tanpa ulasan pun, penonton bakalan datang dengan sendirinya.


Tiket ludes sebelum jam 3 sore

Antusias yang sangat besar ini mengingatkan saya dengan beberapa film yang juga sukses mencuri perhatian tahun ini seperti film Single dan Comic 8.

Nah, film AADC 2 ini pun menjadi bukti bahwa film ini sukses besar terutama di Semarang yang penontonnya terkadang menggemaskan. Tiket habis sebelum jam 3 sore, bos. Saya yang mendengarin sambil ngetweet disebelah meja loket senyum-senyum sendiri.

Saya senyum sendiri, bagaimana dengan penonton yang masih ngantri? Aih sedih juga melihat wajah mereka dan kemudian membubarkan diri. Antrian langsung pelan-pelan hilang.


Harapan

Saat melihat respon di media sosial, video yang saya unggah di akun instagram dotsemarang, saya benar-benar bangga dan bahagia. Mereka yang belum ke bioskop seakan tidak percaya dengan suasananya. Termasuk bos AADC 2, mbak Mira.

Harapan seperti ini yang saya inginkan dari dulu untuk bioskop Semarang. Orang-orang memang butuh momen seperti ini untuk pergi ke bioskop.

Memang dari segi bisnis, ini menguntungkan pihak bioskop. Tapi biarlah, toh niatnya hanya untuk mengapresiasi perfilman tanah air. Selama masih wajar, pasti benar.

...

Saya masih menunggu bagaimana komunitas film atau UKM film Semarang yang akhir-akhir ini begitu aktif melihat mereka berbondong-bondong pergi ke bioskop untuk menonton film Indonesia.

Karena momen ini jangan sampai membuat mereka berpikir bahwa nunggu entar atau pas tayang di televisi. Setelah film ini tidak tayang, keadaan kembali seperti biasa sepi dan sangat jarang melihat komunitas yang pergi nonton bareng.

Kofindo sudah ada dari tahun 2011 hingga kini. Sebagai wadah apresiasi film Indonesia agar orang-orang pergi ke bioskop, momen ini membuat saya bangga dan bahagia.

Beberapa postingan tentang riuhnya film Ada Apa Dengan Cinta 2 di bioskop Semarang dapat Anda lihat artikelnya di blog dotsemarang atau fans page facebook Kofindo. Untuk review film Ada Apa Dengan Cinta 2, maaf belum ada.


*Kadang sedih juga saat mendengar harga tiket jadi problem dan saat mengajak dikira dapat traktiran. Duh, saya aja bayar sendiri dan kadang saat nggak punya harus sabar.

Artikel terkait :
**Postingan #9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh