Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pernah Bermimpi Buat Acara Offline Liga Blogger di Auditorium RRI Semarang


Sukses ngadain Semarang Blogger Festival setelah musim pertama Liga Blogger Indonesia usai, hasrat saya buat ngadain yang sama pun sebenarnya ada. Tempat ini sangat cocok, pikiran saya waktu itu. 

Punya konsep Cinema atau seperti bioskop, ruangan Auditorium RRI Semarang yang terletak di jalan Ahmad Yani ini merupakan pilihan yang tepat buat nyelenggarakan penyerahan hadiah Liga Blogger.

Ada panggung besar, yang nantinya diisi berbagai hiburan. Penyebutan juara Liga Blogger, penyebutan nominasi dari komunitas Semarang, akun socmed Semarang dan lain sebagainya. *Mimpinya gitu.

Menariknya lagi tempat ini adalah adanya bagian yang dapat digunakan buat konsep blogger fashion yang saya ingin bawa ke acara ini nantinya. Kebenaran juga konsep ini saya dapatkan dari penyelenggaraan fashion blogger di Jerman. Beh, mimpinya sudah basah banget.

Gagal total

Kegagalan terbesar menyelenggaran SemarBlogFest edisi kedua adalah DANA. Meski Liga Blogger Indonesia tetap jalan hingga tahun ke-4, untuk kegiatan offline hanya dilakukan sekali saja.

Tidak ada yang tertarik buat program ini. Sponsor sepertinya masih kagok atau aneh dengan LBI. Berharap donasi, sama saja. Mereka bukan dewa yang selalu memberi tanpa pamrih. Mengajak peserta membantu donasi, sama saja maksa ikutan tapi bayar.


...

Pada akhirnya, saat saya datang kesini lagi dalam acara IMF 2016, mimpi itu kembali datang. Harga sewa yang harus dipikirkan, memberi biaya transportasi dan penginapan buat peserta LBI, hadiah dan tetek benget lainnya atau kasarnya DANA, membuat impian saya di sini gagal.

Begitulah mimpi, ada yang bisa terealisasi dengan perjuangan panjang dan ada yang tidak dapat terealisasi karena banyak hal. Semoga acara offline LBI suatu hari bisa dibuat lagi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya