Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pernah Bermimpi Buat Acara Offline Liga Blogger di Auditorium RRI Semarang


Sukses ngadain Semarang Blogger Festival setelah musim pertama Liga Blogger Indonesia usai, hasrat saya buat ngadain yang sama pun sebenarnya ada. Tempat ini sangat cocok, pikiran saya waktu itu. 

Punya konsep Cinema atau seperti bioskop, ruangan Auditorium RRI Semarang yang terletak di jalan Ahmad Yani ini merupakan pilihan yang tepat buat nyelenggarakan penyerahan hadiah Liga Blogger.

Ada panggung besar, yang nantinya diisi berbagai hiburan. Penyebutan juara Liga Blogger, penyebutan nominasi dari komunitas Semarang, akun socmed Semarang dan lain sebagainya. *Mimpinya gitu.

Menariknya lagi tempat ini adalah adanya bagian yang dapat digunakan buat konsep blogger fashion yang saya ingin bawa ke acara ini nantinya. Kebenaran juga konsep ini saya dapatkan dari penyelenggaraan fashion blogger di Jerman. Beh, mimpinya sudah basah banget.

Gagal total

Kegagalan terbesar menyelenggaran SemarBlogFest edisi kedua adalah DANA. Meski Liga Blogger Indonesia tetap jalan hingga tahun ke-4, untuk kegiatan offline hanya dilakukan sekali saja.

Tidak ada yang tertarik buat program ini. Sponsor sepertinya masih kagok atau aneh dengan LBI. Berharap donasi, sama saja. Mereka bukan dewa yang selalu memberi tanpa pamrih. Mengajak peserta membantu donasi, sama saja maksa ikutan tapi bayar.


...

Pada akhirnya, saat saya datang kesini lagi dalam acara IMF 2016, mimpi itu kembali datang. Harga sewa yang harus dipikirkan, memberi biaya transportasi dan penginapan buat peserta LBI, hadiah dan tetek benget lainnya atau kasarnya DANA, membuat impian saya di sini gagal.

Begitulah mimpi, ada yang bisa terealisasi dengan perjuangan panjang dan ada yang tidak dapat terealisasi karena banyak hal. Semoga acara offline LBI suatu hari bisa dibuat lagi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh