Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Membangun Sisi Nasionalisme dari Industri Pariwisata


[Artikel #7, kategori wisata] Ada berbagai cara untuk turut serta membangun negeri tercinta. Ya, ini bukan jaman dimana bambu bisa membantu saat melakukan gerakan membela negara. Ini adalah jaman dimana kita bisa membantu negara dengan berbagai kemudahan yang ada, contohnya teknologi.

Saya suka nonton film-film bertemakan Nasionalisme. Dan paling sering adalah film India dengan tema-tema tertentunya. Mulai dari olahraga hingga pertikaian antar negara. Pada intinya, mereka ingin menumbuhkan rasa nasionalisme pada masyarakatnya.

Akhir bulan ini, saya sedang membaca sebuah buku dengan judul 'Super Tourismpreneur' karya Arini Tathagati. Buku ini saya beli barengan buku yang saya tulis di sini sebelumnya.

Ternyata penulisnya juga seorang blogger. Sayang pas mengunjungi alamat blognya, post terakhir sekitar tanggal 28 November 2015. Sudah nggak aktif lagi rupanya, atau sudah pakai domain sendiri? Entahlah.

Bagaimana Industri Pariwisata dikatakan bisa membangun sisi Nasionalisme?

Dari dulu saya punya impian untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Entah, bagaimana caranya hingga saat ini saya masih bertahan pada kegiatan ngblog. Sebenarnya dengan ngeblog saya bisa dikatakan punya jiwa nasionalisme, mengingat postingan saya selalu mengajak hal-hal positif untuk pergi ke Semarang. 

Buku yang saya baca ini, Industri pariwisata bisa dikatakan dapat membangun sisi nasionalisme. Bisa turut mengangkat citra bangsa, bisa memupuk rasa cinta tanah air, serta memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa. 

Saya melihat kebelakang bagaimana saya mencoba menyempatkan diri melihat berbagai indahnya Indonesia dari kota Semarang, mengikuti acara-acara rutin tiap tahun yang bertemakan pahlawan hingga kebudayaan. Bukankah itu termasuk rasa nasionalis juga.

Selain apa yang sudah saya lakuin bersama dotsemarang, ada juga cara anak muda yang bisa dianggap nasionalisme dalam lingkup pariwisata. Seperti yang saya kutip dari situs nusantaranews.co, Industi kreatif perlahan tapi pasti mulai menjadi lahan subur bagi tumbuhnya ekspresi nasionalisme kontemporer dikalangan generasi muda Indonesia.

Bahkan sebagian kalangan muda dengan serius menciptakan proyek-proyek kreatif tourism independen dengan mempromosikan pariwisata lokal, meski hanya membangun blog dan situs-situs yang berisikan sekedar berbagi pengalaman perjalanan wisata di daerah.

Industri kreatif menjadi ajang kreasi dan inovasi generasi muda untuk berekspresi mengarungi kecenderungan globalisasi yang tanpa batas. Bagi sebagian generasi muda, identitas nasional kini dirasakan menjadi penting untuk mempertahankan akar budaya mereka sebagai anak bangsa.

Meski memiliki motif ekonomi yang kuat, tapi kecenderungan ini perlu mendapat apresiasi yang mendalam. Industri kreatif telah menjadi embrio lahirnya rasa kebangsaan baru.

Menarik, bukan?

...

Saya mulai berpikir bahwa impian saya yang selama ini hanya sebuah mimpi, apakah akhirnya sudah menemukan jawaban yang selama ini saya cari-cari. Semoga saja, sih.

Ini memang tidak mudah, namun setidaknya saya sudah memulainya. Bukan hanya industri pariwisata saja yang terus menggeliat, industri kreatif lainnya pun juga turut memberi banyak perubahan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh