Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tidak Peduli Style dan Fashion


[Artikel #18, Pria 30 tahun] Dulu, memikirkan pakaian yang dikenakan adalah hal penting yang membuat rasa percaya diri lebih tinggi. Cerminan seseorang memang dapat dilihat dari cara berpakainya, lalu bagaimana dengan sekarang?

Malas ribet dan selalu bersembunyi dibalik pakaian yang apa adanya. Begitulah saya memikirkan diri saya saat ini. Entah dalam kesempatan sebuah acara yang berhubungan dengan liputan atau bertemu dengan orang-orang. Saya lebih suka tampil apa adanya, meski hanya bercelana pendek.

Sudah tidak peduli

5 tahun terakhir, saya adalah pria yang jarang membeli pakaian baru. Selain soal penghematan, ini juga karena saya tinggal bersama keluarga yang notabene jenis kelaminnya sama, pria. Dan umurnya tidak berbeda jauh. 

Hasilnya, saya selalu mendapat hibah dari pakaian mereka yang sudah kekecilan atau berlebihan karena ada yang baru dibeli akhir pekan kemarin.

Mau gimana lagi, pakaian tersebut masih sangat bagus untuk dibuang. Terkadang juga ikut dibelikan namun tentu dengan ukuran yang berbeda.

Bila umur 25 tahun ke bawah selalu memikirkan pakaian apa yang dikenakan, mau acara resmi atau sehari-hari, maka usia sekarang yang saya pikirkan adalah apa yang membuat saya nyaman saja.

Tidak peduli dengan apa yang orang pikirkan. Kecuali memang datang ke sebuah acara yang terbilang resmi dan diadakan di tempat yang bagus, seperti hotel, baru saya mencari fashion yang sesuai.

Ketidakpedulian soal pakaian tidak ada hubungan dengan masalah jodoh saya yang belum datang. Itu wajar, kok. Banyak artis yang malah bergelimang harta nasibnya sama saja. Hanya mereka lebih baik dari saya.

Pekerjaan saya tidak menuntut soal bagaimana saya berpakaian

Mungkin salah satu penyebab terbesar mengapa tidak peduli cara berpakaian adalah pekerjaan. Bisa dibayangkan bila saya bekerja di sebuah perusahaan, tentu akan berbeda pula cara berpakaian saya.

Mana ada perusahaan yang membiarkan pegawainya melakukan hal yang tidak sesuai kriteria perusahaan. Bisa bahaya buat perusahaan tentunya.

Menjadi blogger, tidak membuat Anda harus memikirkan pakaian yang dikenakan saat Anda sedang berada dibelakang layar. Anda bebas melakukan dan memakai pakaian. Kecuali Anda seorang blogger fashion atau harus keluar karena ada undangan liputan.

....

Saya percaya, orang baik tidak perlu menunjukkan bagaimana ia berpakaian. Tapi bila harus berpikir menjadi seorang pria sejati, style dan fashion memang sangat penting. Saya memilih jadi pria baik saja dulu.

Setiap profesi tentu akan menuntut citra pada tempat karyawannya bekerja. Ingin baik, maka pakaian juga harus baik. Tapi tidak buat saya yang hanya bekerja sendiri dibalik layar. Pakaian nomor sekian tentunya.

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

  1. Sama kita masss... nggak peduli style, dan malas kalau harus blanja blanja, Bintang cancer juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh